Jumat, 31 Juli 2009

CERITA CINTA




Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallahberbagai benda abstrak:
ada Cinta, kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan dan Waktu. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu.Dan air laut tiba- tiba naik dan akan menenggelamkan pulauitu.Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan.Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu."Kekayaan ! Kekayaan ! tolong aku !" teriak Cinta"Aduh maaf , Cinta !"kata Kekayaan, "Perahuku telah penuh dengan harta bendaku.. Aku tak dapoat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam.Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahu ini." Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan ! Kegembiraan !, tolong aku !" ceriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahusehingga ia tak mendengar teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi cinta sampai ke pinggang danCinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawa aku bersamamu !" , teriak Cinta."Wah, Cinta , kamu bash dan kotor. Nanti kamu mengotori perahuku yg indah ini."sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta" Maaf ,Cinta , Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..."kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menggelamkannya." Cinta ! Mari cepat naik ke perahu !" Cinta menoleh ke arah suara itu, dan melihat seorang tua dengan perahunya,tepat sebelum air menggelamkannya. Dipulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segerapergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia samasekali tidak mengetahui, siapa orang tua yangmenyelamatkannya. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua dipulau itu, Siapa sebenarnya orang tua itu. "Oh, orang tua yang tadi ? Dia adalah Waktu. " kata orangitu. " Tapi mengapa dia mau menyelamatkan ku ?,aku takmengenalnya."" Bahkan teman-teman yang mengenalku enggan mengenalku " TanyaCinta heran. " Sebab " kata orang tua itu, " Hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya Cintaitu..."

Senin, 27 Juli 2009

MENGABDI KEPADA ORANG TUA

Ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan, Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah.

Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini."

Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Meski tak ada gugatan darinya. Tiap kali nasi yang dia suap, selalu ditetesi air mata yang jatuh dari sisi pipinya. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu makian agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.

Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Hingga suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu, untuk makan saat aku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orang tua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.

Mereka makan bersama di meja makan. Tak ada lagi cacian yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. Dan anak itu, tak lagi meraut untuk membuat meja kayu…

Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.

Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "Bangunan Jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak. Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Tolong Cermati dan Resapi Kawan…

Jika anak hidup dalam kritik, ia belajar menghardik.

Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi.

Jika anak hidup dalam pembodohan, ia belajar jadi pemalu.

Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa bersalah.

Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar.

Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri.

Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar mengapresiasi.

Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan.

Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin.

Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai diri sendiri.

Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mencari cinta di seluruh dunia.

Betapa terlihat di sini peran orang tua sangat penting karena mereka diistilahkan oleh Khalil Gibran sebagai busur kokoh yang dapat melesatkan anak-anak dalam menapaki jalan masa depannya.

Kekuatan Perasaan seorang anak akan lahir dengan Sempurna bila Sesuatu yang Ia Simpan Dalam Jiwanya, terukir dengan kebaikan, persaudaraan dan kasih sayang yang kita berikan.



Mudah-mudahan berguna bagi kita semua, amiiin..

Jumat, 10 Juli 2009

KAMI SAYANG PADAMU IBU


B U N D A

Seribu definisi tak akan cukup ketika menyebut satu nama, “Ibu”. Insan pemberi, ikhlas tanpa pamrih, kasihnya mengalir tak bermuara, sayangnya tak berujung, cintanya tiada bertepi, serta doanya selalu terlantun dan terpatri. Dia adalah manusia tangguh tanpa pernah mengeluh. Selalu siap merangkul tanpa pernah diminta.
Ibu adalah pahlawan bagi setiap jiwa anak manusia. Darah, air mata, dan peluh siap dipertaruhkan, senandung doa pun hanya tercipta demi buah hatinya. Bahkan, berkorban nyawa pun dilakukan ketika anaknya hadir di muka bumi. Pernahkah terbayang dalam benak kita ketika ia harus menanaggung beban dalam dirinya selama sembilan bulan ? Berjuta penat, lelah, dan berbagai rasa tidak nyaman menyergap dirinya. Namun, karena cinta yang tiada tergantikan merasuk serta menjalar dan menghujam dalam benak sang ibu, ia pun menghadapi semua dengan senyum dan untaian syukur. Tidak berhenti di situ, ia merawat dan membesarkan serta mendidiknya hingga dewasa dengan kasih yang tak bertepi.
Allah mengingatkan kita pada jasa ibu melalui ayatnya, “Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik pada ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah. Sejatinya, ibu adalah lautan berjuta kasih. Sekumpulan kata-kata indah, bahkan tidak akan sanggup melukiskan betapa besar pengorbanannya. Tiada sesuatu pun yang sebanding. Tumpukan permata, gunung berlian, bahkan seisi lautan seumpama diubah menjadi kristal termahal pun tidak akan sanggup jika kita harus membayarnya. Tidak heran jika Sang Pemilik Arasy memberinya ganjaran dengan kedudukan yang sangat mulia, yang tidak akan pernah didapatkan oleh makhluk mana pun di semesta raya ini.
“Dan, Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya jangan menyembah, selain Dia. Dan, hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Sungguh, menghormati dan menyayangi orang tua terlebih ibu merupakan jalan terbaik meraih keberkahan hidup dunia dan akhirat.
Sudahkah hari ini kita mengucapkan salam sayang kepada ibu ?
Disadur dari kiriman seorang sahabat : http://www.rahasia-paypal.com/id=funfun

Kamis, 09 Juli 2009

PENGENALAN KAMPUNG HALAMAN



Aku, ikut Abi tetirah ke bukit yang menjadi sejarah Keluarga Besar Abi di Kampung ( Salo - Bukit Tinggi, Sum Bar ). Disana aku berjalan di jalan setapak diantara sawah sawah dan menyeberangi sungai dengan jembatan bambu
Aku bangga sekali, ketika Abi memuji ku ketika berani menyeberangi jalan setapak di sawah dan titian bambu di sungai
Aku senang sekali, bisa bertemu dengan sanak saudara... ada kakak, Uni, adik, maadang, maangah, maetek, ummi, ibu, bunda, Nenek, antan dan aki
Terima kasih Abi tercinta, semua itu jadi kenanganku, semoga tali silaturahmi antar keluarga dikampung dan di rantau makin erat, amien !!!

PENGENALAN KAMPUNG HALAMAN